catatan hati sintiya #5




Hai guys… Pertemuan kali ini saya akan berbagi informasi contoh-contoh dari berita yang mengandung Hard News dan Feature, baiklah langsung saja berikut contoh-contohnya.



1. Hard News

Minggu, 1 April 2018 | 18:31 WIB

Korban Kebakaran Tewas karena Berusaha Selamatkan 11 Anjing Piaraannya

KOMPAS.com


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglwtwzuF4i-qBRK1r_lWigoqBTTM9L97WBDMIn3b7v6_QH3SfhTa9G8HDjoYuM9w_HN-5kb94T1ErQxtS8mHFQ7eDE4ULFc7H4EuwaUw3S_NzD6I6-XiYEXHi3pLLnkTGGTcyDpbAQDpU/s320/Rumah yang terbakar di Jalan Perumahan Taman Kota, Kembangan Utara, Kembangan, Jakarta Barat pada Minggu (1/4/2018).

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua korban tewas dalam kebakaran yang terjadi di Jalan Perumahan Taman Kota, RT 16 RW 05, Kembangan Utara, Kembangan, Jakarta Barat pada Kamis (29/3/2018) disebut karena menolak dievakuasi.

"Sebenarnya semua pengurus maupun warga sudah mengevakuasi. Cuma dianya enggak mau, mungkin dikira (kebakaran) enggak nyampe (rumahnya) sana. Berkali-kali diminta enggak mau keluar rumah," kata Ketua RT 16, Paino, kepada Kompas.com pada Jumat (1/4/2018).

Dua dari empat anggota keluarga selamat, sementara dua lainnya yaitu Ah Pong (70) dan Jok Nam (40) nyawanya tak tertolong. Rumah tersebut tak hanya sebagai hunian tapi juga tempat usaha pengemasan lem paralon.

"Di sana tinggal empat orang. Yang satu memang enggak ada di rumah. Dua orang ibu dan anak yang di dalam. Satu lagi keluar menyelamatkan anjing," kata Paino.

Usaha penyelamatan kedua korban juga dilakukan oleh Jayus, tetangga depan rumah. Pria berusia 50 tahun tersebut melihat pemilik rumah berusaha menyelamatkan anjing-anjingnya yang berjumlah sekitar 11 ekor.

"Mereka mau menyelamatkan anjing peliharaannya. Saya sempat nyoba menyelamatkan, tapi api udah dekat sama saya, saya lompat," kata Jayus.

Ia menyebutkan berusaha melakukan penyelamatan saat itu ke arah balkon rumah, tempat korban menyingkir dari api. Namun, semburan api semakin dekat dan tak tertolong.

"Api udah di belakang rumah. Dari ujung Timur saya mau lompat. Dari pintu tangga ketutupan api akhirnya saya lompat dari balkon," katanya.

Sementara itu, Komandan Pleton Pemadam Kebakaran Sektor Kembangan, Joko Susilo, mengatakan upaya penyelamatan dilakukan oleh kedua anggotanya yaitu Rifai Hadi (37) dan Novirahman (38).

Kedua anggotanya mengalami luka bakar saat melalukan evakuasi dan dilarikan ke rumah sakit. Rifai mengalami luka di bagian belakang badan, sementara Novirahman bagian kedua kaki.

"Itu sempat menolong dan mengevakuasi. Karena rumah ini ke dalamnya jauh dan dua orang meninggal ini belum sempat terselamatkan. Memang banyak orang di situ, (apinya) nyala cepat sekali," terang Joko.

Selain menyebabkan dua orang tak tertolong, kebakaran tersebut juga menghanguskan sekiranya 122 rumah dari 450 pintu kontrakan.

Saat ini, para korban kebakaran sebagian besar mengungsi di posko-posko sekitar lokasi dan menerima berbagai bantuan mulai dari pangan serta sandang.

Unsur berita 5W + 1H

Apa : Korban Kebakaran Tewas karena Berusaha Selamatkan 11 Anjing Piaraannya.

Siapa : Dua korban tewas warga sekitar bernama Ah Pong (70) dan Jok Nam (40).

Dimana : di Jalan Perumahan Taman Kota, RT 16 RW 05, Kembangan Utara, Kembangan, Jakarta Barat.

Kapan : Kamis 29 Maret 2018

Kenapa : Korban kebakaran yang tewas terkena kobaran api karena berusaha menyelamatkan anjingnya meskipun para pengurus dan warga berusaha membantu korban.

Bagaimana : Dua dari empat anggota keluarga selamat, sementara dua lainnya yaitu Ah Pong (70) dan Jok Nam (40) nyawanya tak tertolong. Rumah tersebut tak hanya sebagai hunian tapi juga tempat usaha pengemasan lem paralon. "Di sana tinggal empat orang. Yang satu memang enggak ada di rumah. Dua orang ibu dan anak yang di dalam. Satu lagi keluar menyelamatkan anjing," kata Paino. Usaha penyelamatan kedua korban juga dilakukan oleh Jayus, tetangga depan rumah. Pria berusia 50 tahun tersebut melihat pemilik rumah berusaha menyelamatkan anjing-anjingnya yang berjumlah sekitar 11 ekor. "Mereka mau menyelamatkan anjing peliharaannya. Saya sempat nyoba menyelamatkan, tapi api udah dekat sama saya, saya lompat," kata Jayus. Ia menyebutkan berusaha melakukan penyelamatan saat itu ke arah balkon rumah, tempat korban menyingkir dari api. Namun, semburan api semakin dekat dan tak tertolong. "Api udah di belakang rumah. Dari ujung Timur saya mau lompat. Dari pintu tangga ketutupan api akhirnya saya lompat dari balkon," katanya. Sementara itu, Komandan Pleton Pemadam Kebakaran Sektor Kembangan, Joko Susilo, mengatakan upaya penyelamatan dilakukan oleh kedua anggotanya yaitu Rifai Hadi (37) dan Novirahman (38). Kedua anggotanya mengalami luka bakar saat melalukan evakuasi dan dilarikan ke rumah sakit. Rifai mengalami luka di bagian belakang badan, sementara Novirahman bagian kedua kaki. "Itu sempat menolong dan mengevakuasi. Karena rumah ini ke dalamnya jauh dan dua orang meninggal ini belum sempat terselamatkan. Memang banyak orang di situ, (apinya) nyala cepat sekali," terang Joko. Selain menyebabkan dua orang tak tertolong, kebakaran tersebut juga menghanguskan sekiranya 122 rumah dari 450 pintu kontrakan.




2. Feature

JUMAT, 30 MAR 2018 | 15:10

Petani Organik Tetap Bertahan di Antara Pertanian Non-organik

Kebal dengan Sebutan Petani ‘Gendeng’

EDITOR : ADI NUGROHO

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqblNfqprl3fID2lwyOJYJFdsd6XrPQPQbge7fA8yabCAj9Awx7IljOe9sZTlBBZjT8Mfpytz9D4uGqjeWNFFsqtWMiPQFPwOMA1su-CmyPC5bixM3Iq4SgpMDlO4GDHYE5f2RoPBhtdg/s320/



Tidak mudah saat memulai jadi petani organik. Selama masa bertanam, caranya yang tak biasa membuat para petani ini sering menjadi bahan ledekan teman-teman petani lainnya. Tak ada pilihan selain bersikap cuek. Dan berusaha tahan mental.

PUSPITORINI DIAN H.

Ali Maksun masih ingat. Saat itu sekitar delapan tahun lalu atau 2010. Dia memutuskan diri untuk bertani organik. Mengubah sebagian lahan pertanian miliknya untuk diolah menjadi sawah organik. Keputusan yang berat dan melalui pertimbangan lama. “Saya sadar sesadar-sadarnya kalau nanti pasti ada penurunan produksi,” tutur warga Desa Kencong, Kecamatan Kepung ini.

Langkah awal yang harus dilakukannya adalah menyiapkan lahannya. Awalnya hanya sekitar 0,14  hektare. Setelah itu, agar tidak kaget dengan anjloknya produksi, pengurus Kelompok Tani Mulur Desa Kencong, Kecamatan Kepung ini harus melalui lahan konversi.

Saat memulai mengubah lahan pertanian itulah yang menjadi saat-saat berat bagi Ali. Sebab, cara pengolahan lahan organik ini yang memang berbeda. “Sering disebut wong gendeng (gila, Red),” ucap Ali seraya tertawa.

Bagaimana tidak, di saat petani lainnya yang non-organik sibuk dengan menabur pupuk kimia, Ali sibuk membawa bahan-bahan organik untuk ditabur ke sawah. Mulai pelepah pohon pisang, daun-daunan, jerami,  dan tentu saja pupuk organik hasil kotoran hewan. Semua ditebar oleh Ali ke sawah. Tujuannya biar terjadi pembusukan sehingga tanah kembali subur.

“Saat menebar inilah, saya dibilang gila,” kenangnya.

Bahkan, ada yang sengaja mengencingi sawahnya  sambil berucap canda. “Ini (air kencing) kan organik juga,” imbuhnya seraya kembali tertawa.

Hampir enam bulan, Ali harus melewati masa-masa ‘pem-bully-an’ itu.  Hingga akhirnya dia bisa panen. Bisa menjual beras yang awalnya masih beras konversi ini dengan harga tinggi. Merasakan untung, kini tak hanya 0,14 hektare saja, tetapi sudah tiga kali lipatnya.

Tak hanya Ali, petani lainnya yang siap ‘berkorban’ tentu saja si ketua kelompok tani, Budi Agus Santoso. Agus-dia biasa dipanggil- memulai usaha pertanian organik juga cukup berat. Apalagi, usaha pertaniannya selama ini cukup berhasil.  “Selain konsisten, kuncinya harus pakai hati nurani dan kejujuran,” ucapnya.

Saat awal memulai, Agus menyiapkan 0,48 hektare untuk jadi bahan uji coba.Mencoba bertahan, itulah yang dilakukannya di awal-awal konversi lahan tersebut. “Sudah biasa kalau jadi bahan olok-olokan,” ucapnya seraya tertawa.

Apalagi, tutur Agus, dirinya selalu mengambil apapun di sekitar rumahnya yang bisa cepat membusuk dan dibuang ke sawah. Belum lagi sejumlah perawatan lahan organik lainnya yang mungkin dianggap aneh. Seperti menanam sejumlah tumbuhan yang bisa mencegah hewan pengerat dan tanaman pengganggu lainnya. Selain itu, dia harus menyiapkan lahan khusus agar lahan pertaniannya tidak terkontaminasi bahan kimia dari sawah sekitarnya.

“Ada buffer zone yang harus saya siapkan biar tidak terkontaminasi dengan lahan anorganik sekitarnya,” bebernya.

Apalagi saat panen, jika petani anorganik lainnya membakar jerami, petani organik tidak diperbolehkan membuang apalagi membakar. “Semua harus dikembalikan ke sawah,” ucapnya.

Tujuannya tidak lain agar menambah unsur hara dengan pembusukan jerami itu. Kalaupun untuk dibawa pulang dan jadi bagian pakan ternak masih diperbolehkan. “Nanti kotoran hewannya kan bisa diolah pupuk dan dikembalikan ke sawah,” tuturnya.

Takluknya hati Agus dan Ali menjadi petani organik tak lepas dari tangan dingin Priyo Hartono. Petugas penyuluh lapangan (PPL) KecamatanKepung inilah yang gigih mendekati petani untuk mau menanam organik.

Saat itu, Priyo masih ingat kalau dia menggandeng mahasiswi pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta. Saat itu, para mahasiswa mempraktikkan pengolahan pertanian organik. “Kami tunjukkan teknologi dan manfaatnya pertanian organik ini,” terangnya. Tak sekadar teknis, Priyo juga sadar kalau petani baru mau bertanam organik kalau sudah ada contoh. Saat itulah, Priyo berusaha mendekati Agus dan Ali. Kebetulan, keduanya memiliki lahan cukup luas. “Setelah kami tawarkan,mereka dengan sukarela mau,” ucap pria ramah ini.

Setelah itulah, Priyo terus mendampingi keduanya dalam pengolahan lahan organik. Mulai pengolahan lahan, penanaman bibit, panen hingga pemasaran. Saat ini, hasil manis berhasil diraihnya. Setelah Desa Kencong, Kecamatan Kepung berhasil menjadi area percontohan pertanian organik. Dengan memiliki luasan lahan organik paling banyak di Kabupaten Kediri. “Sekarang tidak perlu dipaksa, banyak yang mau (bertani organik),” tuturnya.

Dijelaskan Priyo, kalau dengan bertani organik sebenarnya sangat menguntungkan. Sebab biaya produksi ditekan serendah-rendahnya. Sementara penjualan cukup tinggi. Pendapatan petani jadi meningkat. “Paling lega kalau mereka bisa panen sesuai harapan dan hasilnya sangat menguntungkan,” pungkasnya.

Unsur berita 5W + 1H

Apa : Petani Organik Tetap Bertahan di Antara Pertanian Non-organik

Siapa : Dua petani yang berani menerapkan pertanian organik bernama Agus dan Ali, dan Petugas penyuluh lapangan (PPL) Kecamatan Kepung bernama Priyo Hartono.

Dimana : Desa Kencong, Kecamatan Kepung di Kabupaten Kediri

Kapan : JUMAT, 30 MARET 2018

Kenapa : Dijelaskan Priyo, kalau dengan bertani organik sebenarnya sangat menguntungkan. Sebab biaya produksi ditekan serendah-rendahnya. Sementara penjualan cukup tinggi. Pendapatan petani jadi meningkat. “Paling lega kalau mereka bisa panen sesuai harapan dan hasilnya sangat menguntungkan,” pungkasnya.

Bagaimana : Saat awal memulai, Agus menyiapkan 0,48 hektare untuk jadi bahan uji coba.Mencoba bertahan, itulah yang dilakukannya di awal-awal konversi lahan tersebut. “Sudah biasa kalau jadi bahan olok-olokan,” ucapnya seraya tertawa. Apalagi, tutur Agus, dirinya selalu mengambil apapun di sekitar rumahnya yang bisa cepat membusuk dan dibuang ke sawah. Belum lagi sejumlah perawatan lahan organik lainnya yang mungkin dianggap aneh. Seperti menanam sejumlah tumbuhan yang bisa mencegah hewan pengerat dan tanaman pengganggu lainnya. Selain itu, dia harus menyiapkan lahan khusus agar lahan pertaniannya tidak terkontaminasi bahan kimia dari sawah sekitarnya. “Ada buffer zone yang harus saya siapkan biar tidak terkontaminasi dengan lahan anorganik sekitarnya,” bebernya. Apalagi saat panen, jika petani anorganik lainnya membakar jerami, petani organik tidak diperbolehkan membuang apalagi membakar. “Semua harus dikembalikan ke sawah,” ucapnya. Tujuannya tidak lain agar menambah unsur hara dengan pembusukan jerami itu. Kalaupun untuk dibawa pulang dan jadi bagian pakan ternak masih diperbolehkan. “Nanti kotoran hewannya kan bisa diolah pupuk dan dikembalikan ke sawah,” tuturnya.

Baiklah sekian postingan saya kali ini. Semoga bermanfaat dan mohon maaf apabila ada kesalahan. Terimakasih :)

 #journalismUINSA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

catatan hati sintiya #13 (TUGAS UAS)

catatan hati sintiya #8

catatan hati sintiya #6